Minggu, 06 Januari 2013

MITOS DALAM KACAMATA SYARI’AT


Kesyirikan sudah tersebar sangat meluas di tengah-tangah masyarakat bahakan tidak hanya itu para tokoh pun telah mendakwahkan kesyirikan di tengah ummat. Disebabkan kebodohan akan agama mereka sudah berani berfatwa, maka rusakalah aqidah ummat ini.
Sebagaimana yang pernah saya saksikan langsung di sebuah masjid di desa Cipeucang Bogor pada hari ini tanggal 27 Januari 2012 bertepatan dengan 4 Rabi’ul Awal 1433 H, ada tokoh masyarakat yang berpidato sambutan sebelum shalat jum’at. Orang itu berkata bahwa pada bulan ini masyarakat dihimbau agar tidak merendam pakaian dai sore sampai pagi karena menurut orang tua dahulu hal tersebut dapat menyebabkan kesialan (?!).

Pembaca yang budiman ketahuilah itu hanyalah mitos belaka yang tidak ada asal-usulnya, dan hal ini merupakan kesyirikan.  Mitos dalam bahasa Arab disebut “Tathayur” yang secara bahasa artinya mengikuti kabar burung, karena masyarakat jahiliyah Arab pada masa lalu apabila hendak melakukan perjalankemudian melihat burung yang terbang berlawanan arah maka mereka membatalkan niatnya itu karena mereka  meyakini akan terjadi kesialan atau marabahaya apa bila mereka melanjutkan perjalanannya.
Imam Ibnul Qayyim berkata: “tathayur adalah berkeyakian kesialan dengan sesuatu yang disaksikan mata atau didengar telinga” (Miftah Daris Sa’adah 3/311). Maka secara istilah tathayur berarti meyakini sesuatu semata-mata karena melihat, mendengar atau berfirasat dan hal itu membawa pengaruh pada pelaku untuk terus maju melangkah atau mengurungkan niat[1].
Mitos sangat erat kaitannya dengan aqidah ataupun keyakinan, maka meyakininya adalah kesyirikan sebagaiman Sabda Nabi Shalallahu ‘alaihi wassalam:
الطيرة شرك
“thiyarah[2] adalah kesyirikan (beliau mengucapkannya tiga kali)” (HR. Ahmad 6/213)
Syirik yang dimaksud dalam hadits ini adalah syirik kecil kecuali bila ia berkeyakinan bahwa media tathayur itu memiliki kemampuan dalam memberi manfaat dan menolak marabahaya maka itu temasuk syirik besar[3].  Yang harus kita yakini bahwa semuanya baik kesialan maupun kebaikan semua itu datangnya dari Allah. Adapun yang lainnya hanyalah sebagai sebab itu pun apabila dapat dinalar dan logis atau memilki dasar ilmiah, seperti api akan menyebabkan terbakar maka bola bagi kita untuk mengurungkan niat kita untuk pergi ke suatu tempat apabila harus melawati api itu dikarenakan kita takut terbakar, maka hal ini tidak termasuk tathayur Karena memiliki dasar ilmiah.

Dan yang perlu kita ketahui adalah bahwa semua hukum Allah (Sunnatullah) itu sama dan berlaku diseluruh dunia dan tidak ada perubahan pada Sunnatullah, berbeda dengan mitos yang hanya da di daerah tertentu dan masing-masing daerah mitosnya berbeda-beda. Contohnya jika di Indonesia air akan mendidih apabila dipanaskan pada suhu 1000 C maka di belahan bumi manapun sama air akan mendidih pada suhu 1000 C. bereda denagan mitos jika di Indonesia sebut saja mitos merendam pakaian dari sore hingga pagi pada bulan ini (Rabi’ul Awwal) akan tertimpa kesialan maka mitos ini tidak berlaku di belahan bumi lain, mitos ini hanya ada di indonesia. Maka dari sini saja kita dapat mengetahui kesalahan dari mitos ini.

Allah berfirman:
“ketahuilah, sesungguhnya kesialan mereka itu adalah ketetapan dari Allah, akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui” (al-A’raf: 131)
“setiap bencana yang terjadi di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam kitab (lauh Mahfudz) sebelum kami mewujudkannya” (al-Hadiid: 22)

Maka dari itu Nabi Shalallahu ‘alaihi wassalam Melarang bertathayur, Beliau Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
“bukan termasuk  golongan kami orang yang bertathayur dan meminta ditathayur” (HR. ath-Thabrani 9/52)

“(tathayur) itu adlah sesuatu yang terkadang timbul dalam hati namun  janganlah kalian menuruti perasaan tersebut” (HR. Muslim 4/1748: 2227)

“barangsiapa yang menjadikan thiyarah sebagai penghalang utnuk melakukan sesuatu maka dia telah berbuat syirik” (HR. Ahmad 11/623).
Dan yang perlu kita perhatikan sebelum menyebut hal itu sebagai tathayur (mitos) adalh kaidah fiqih berikut ini:
“barangsiapa berpedoman pada suatu sebab, padahal syari’at tidak menjadikannya sebab. Maka perbuatan itu termasuk syirik”[4]
Pembaca yang budiman sesungguhnya salah satu penyebab tertinggalnya suatu bangsa atau pun sebuah peradaban  adalah  karena banyaknya mitos yang menghalangi ruang gerak mereka padahal mitos itu hanya dibangun diatas preasangka mereka yang tidak mendasar sama sekali. Jika kita mengikutinya maka kita akan terjerumus kepada kesyirikan dan rusaknya akidah.
na’udzubillah… ***
Ditulis Oleh:
Omar Ibrahim Al-Imanulmuslim

[1] Al-Mushthalat al-musta’malah fi Tauhid al-Uluhiyah ‘Inda Salaf karya Muhammad bin Abdullah Bajasir hlm. 17
[2] berthathayur
[3] Lihat Ta’zhim Qadr ash-Sholat 2/257 dan Syrarah as-Sunnah 12/170
[4] Al-Qaul al-Mufid ‘ala Kitab Tauhid karya Syaikh Ibnu Utsaimin 1/575

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Comments system

Disqus Shortname